Jakarta – Hingga akhir pekan, IHSG diprediksi menguat seiring
bargaining position pada saham-saham unggulan. Belum lagi dengan
saham-saham pendatang baru yang jadi animo pasar.
NS Aji Martono, Direktur PT Capital Bridge Indonesia melihat potensi penguatan indeks hingga akhir pekan ini. Salah satunya karena faktor kenaikan peringkat utang RI yang diberikan oleh lembaga terpercaya Moody's Investor Service sehingga investor asing akan mengkalkulasi ulang untuk melirik kembali saham-saham di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Selain itu, kata dia, masih ada beberapa saham yang masih menarik sehingga bargaining masih berpeluang terjadi pada saham-saham blue chips dalam sepekan ke depan. Apalagi, baru-baru ini ada tiga emiten pendatang baru. “Saham-saham tersebut menjadi animo baru bagi para investor yang ingin bermain pada saham pendatang baru sehingga turut menggerakkan indeks,” katanya kepada INILAH.COM.
Pada perdagangan Senin (1/7/2013) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG ) ditutup melemah 41,44 poin (0,86%) ke posisi 4.777,452. Intraday terendah 4.747,975 dan tertinggi 4.815,725. Volume perdagangan dan nilai total transaksi turun. Investor asing mencatatkan net sell Rp301,3 miliar dengan penurunan nilai transaksi beli dan transaksi jual. Investor domestik mencatatkan net buy. Berikut ini wawancara lengkapnya:
Mengawali pekan, IHSG melemah 0,86%. Bagaimana Anda melihat arahnya hingga akhir pekan ini?
Karena penguatan akhir pekan lalu secara teknikal melampaui target resistance di 4.811, dalam sepekan ke depan, indeks punya peluang untuk melanjutkan penguatan ke resistance berikutnya 4.863 dengan support 4.647.
Level 5.000 bagaimana nasibnya?
Level 5.000 pun punya harapan dicapai.
Apa yang membuat Anda optimistis?
Seiring kenaikan peringkat utang RI yang diberikan oleh lembaga terpercaya Moody's Investor Service, investor asing akan mengkalkulasi ulang untuk melirik kembali saham-saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). Apabila nanti Standard & Poor's Ratings Services (S&P) juga menaikan peringkat, akan lebih banyak lagi dana asing yang membanjiri lantai bursa. Ke depannya, indeks di atas 5.200 pun menjadi sangat mungkin.
Target yang menjadi benchmark saat ini?
Yang menjadi benchmark saat ini, masih dalam kisaran perdagangan 4.400 hingga 4.920.
Selain faktor kenaikan peringkat utang?
Meski faktor positif tadi telah melambungkan IHSG pekan lalu, masih ada beberapa saham yang masih menarik sehingga bargaining masih berpeluang terjadi pada saham-saham blue chips dalam sepekan ke depan. Banyak saham-saham bluechip yang mengalami penurunan tajam dan sekarang belum kembali ke posisi awalnya.
Apalagi, dengan fundamental ekonomi Indonesia secara keseluruhan yang sebenarnya tidak ada masalah. Masih banyak emiten murah yang dari sisi fundamental kuat, dan emiten-emiten yang punya aksi korporasi tersendiri. Tapi, dalam sepekan ke depan, meski menguat saya juga melihat potensi laju indeks yang fluktuatif.
Apa yang membuat indeks fluktuatif?
Sebab, ketergantungan IHSG terhadap pasar global dan regional juga masih menjadi patokan untuk perdagangan jangka pendek.
Bagaimana dengan window dressing yang memang sudah berakhir pekan lalu?
Setelah Jumat (28/6/2013), aksi window dressing berakhir. Karena itu, wajar indeks mendapat tekanan negatif sepekan ke depan. Tapi, secara umum, saya masih melihat potensi penguatan sepekan ke depan.
Apalagi, baru-baru ini ada tiga emiten pendatang baru seperti PT Saratoga Investama Sedaya (SRTG), PT Nusa Raya Cipta (NRCA), dan PT Semen Baturaja (SMBR).
Saham-saham tersebut menjadi animo baru bagi para investor yang ingin bermain pada saham-saham pendatang baru itu sehingga turut menggerakkan indeks. Kalau kita lihat pergerakan di tiga saham tersebut, hanya SRTG yang mengalami penurunan. Dua saham pendatang baru SMBR dan NRCA, walaupun kenaikannya tidak signifkan mengalami poin positif di perdagangan perdananya.
Dari tiga saham baru itu, mana yang Anda jagokan?
Rekomendasi saya jatuh untuk SMBR. SMBR untuk middle dan long term investment cukup menarik. Sebab, jika melihat valuasi Price to Earnings Ratio (PER) sektoralnya, PER SMBR relatif masih rendah dibandingka saham-saham sejenis. Karena itu, untuk jangka panjang, SMBR masih memungkinkan untuk menguat.
Tapi, memang perlu diakui ada juga pola-pola, buy on IPO and sell on secondary market, mungkin juga terjadi. Sebab, mungkin pasar takut saham yang dipegangnya turun ke bawah harga IPO seperti yang terjadi saat listing perdana saham PT Garuda Indonesia (GIAA) . Tapi, untuk SMBR saya masih memberikan rekomendasi beli.
Bagaimana saham-saham semen lainnya?
Pergerakan saham di sektor semen, rekomendasi akumulasi beli untuk PT Indocement Tunggal Prakarsa (INTP) dan PT Semen Indonesia (SMGR) ditambah SMBR. Ketiga saham ini layak masuk dalam kantong investasi untuk semester II-2013 ini. Untuk SMCB lebih bersifat spekulatif sehingga lebih baik tidak dikoleksi.
Saham-saham lainnya?
Saham seperti PT Astra International (ASII) cukup menarik. Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi tidak terlalu berpengaruh negatif pada saham ASII. Sebab, ASII punya katalis positif dari keluarnya aturan Low Cost and Green Car (LCGC) dan pertumbuhan penjualan mobil yang terus meningkat. Kenaikan BBM tidak terlalu berpengaruh negatif pada permintaan kendaraan.
Anda punya target harga untuk ASII?
Secara teknikal, ASII sudah mengalami kenaikan ke Rp7.000-an lagi dari terendahnya di Rp6.200-an. Tapi, potensi penguatan berikutnya masih potensial. ASII saat ini di posisi tengah sehingga saham ini cocok untuk trading jangka pendek (short term trading). Artinya, akumulasi saham ASII apabila mengalami penurunan ke level support di Rp6.700 dengan resistance Rp7.250. Rentang harga tersebut bisa dijadikan pola oleh para pelau pasar untuk perdagangan jangka pendek.
Saham PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI) juga menarik. Dua saham ini (BBRI dan ASII) kemungkinan akan jadi sentiment positif tersendiri bagi IHSG sepekan ke depan. BBRI sangat menarik dengan kapitalisasi pasar yang cukup besar setelah mengalami penurunan tajam. Dengan level harga Rp7.800-an sangat menarik akumulasi saham BBRI baik untuk jangka menengah maupun jangka panjang.
Bagaimana dengan potensi inflasi hingga akhir tahun akibat kenaikan harga BBM bersubsidi?
Dari sisi inflasi, saham-saham sektor perbankan, akan terpengaruh negatif. Sebab, jika inflasi melambung, BI rate pun berpeluang naik dari 6% menjadi 6,25% bahkan bisa menjadi 7% hingga akhir 2013. Jika inflasi hingga akhir tahun berada di level 7,2% dan BI rate di level 7%, berarti menabung uang di bank tidak ada gain-nya karena tergerus inflasi. Orang cenderung mencari return alternatif yang lebih besar. Untuk saat ini, alternatif itu ya di pasar modal terutama saham.
Karena itu, para penabung di bank dan para pemegang saham bank akan mencari saham-saham sektor lain yang PER-nya masih murah dari saham-saham besar dan berfundamental bagus. Inilah cara agar mereka terhindari dari ancaman inflasi itu sendiri.
Lantas sektor saham apa saja yang justru terpengaruh positif oleh kenaikan harga BBM bersubsidi?
Kenaikan harga BBM memang suatu hal yang paling ditunggu dan sekarang sudah naik. Semua emiten juga sekarang menghitung ulang untuk semua ongkos produksi. Emiten-emiten yang banyak mengunakan bahan bakar minyak sebagai komponen produksinya akan terdampak negatif.
Tapi, di sisi lain, sektor-sektor emiten yang menghasilkan bahan bakar, justru mendapat katalis positif seperti saham-saham di sektor minyak dan batu bara. Karena itu, dua sektor saham ini sebenarnya cukup layak untuk investor melakukan trading jangka pendek.
Selain saham sektor minyak dan batu bara?
Lalu, di sektor konstruksi dan pembangungan seperti PT Wijaya Karya (WIKA), PT Adhi Karya (ADHI), PT Waskita Karya (WSKT) dan PT Pembangunan Perumahan (PTPP) yang fluktuasinya luar biasa selama perdagangan pekan ini menjadi satu acuan investor untuk memilih sektor ini.
Saya melihat di WIKA yang masih memungkinkan untuk akumulasi beli dan bargaining position dibandingkan PTPP, ADHI, maupun WSKT.
Apa saran Anda untuk para pemodal secara umum di tengah situasi pasar saat ini?
Terakhir, faktor kehati-hatian dengan tetap melihat, memantau dan mewaspadai faktor eksternal dan internal bisa meminimalkan kerugian investor untuk jangka pendek. Faktor eksternal dan internal menjadi satu mata rantai untuk pergerakan masing-masing sektoral saham.
NS Aji Martono, Direktur PT Capital Bridge Indonesia melihat potensi penguatan indeks hingga akhir pekan ini. Salah satunya karena faktor kenaikan peringkat utang RI yang diberikan oleh lembaga terpercaya Moody's Investor Service sehingga investor asing akan mengkalkulasi ulang untuk melirik kembali saham-saham di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Selain itu, kata dia, masih ada beberapa saham yang masih menarik sehingga bargaining masih berpeluang terjadi pada saham-saham blue chips dalam sepekan ke depan. Apalagi, baru-baru ini ada tiga emiten pendatang baru. “Saham-saham tersebut menjadi animo baru bagi para investor yang ingin bermain pada saham pendatang baru sehingga turut menggerakkan indeks,” katanya kepada INILAH.COM.
Pada perdagangan Senin (1/7/2013) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG ) ditutup melemah 41,44 poin (0,86%) ke posisi 4.777,452. Intraday terendah 4.747,975 dan tertinggi 4.815,725. Volume perdagangan dan nilai total transaksi turun. Investor asing mencatatkan net sell Rp301,3 miliar dengan penurunan nilai transaksi beli dan transaksi jual. Investor domestik mencatatkan net buy. Berikut ini wawancara lengkapnya:
Mengawali pekan, IHSG melemah 0,86%. Bagaimana Anda melihat arahnya hingga akhir pekan ini?
Karena penguatan akhir pekan lalu secara teknikal melampaui target resistance di 4.811, dalam sepekan ke depan, indeks punya peluang untuk melanjutkan penguatan ke resistance berikutnya 4.863 dengan support 4.647.
Level 5.000 bagaimana nasibnya?
Level 5.000 pun punya harapan dicapai.
Apa yang membuat Anda optimistis?
Seiring kenaikan peringkat utang RI yang diberikan oleh lembaga terpercaya Moody's Investor Service, investor asing akan mengkalkulasi ulang untuk melirik kembali saham-saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). Apabila nanti Standard & Poor's Ratings Services (S&P) juga menaikan peringkat, akan lebih banyak lagi dana asing yang membanjiri lantai bursa. Ke depannya, indeks di atas 5.200 pun menjadi sangat mungkin.
Target yang menjadi benchmark saat ini?
Yang menjadi benchmark saat ini, masih dalam kisaran perdagangan 4.400 hingga 4.920.
Selain faktor kenaikan peringkat utang?
Meski faktor positif tadi telah melambungkan IHSG pekan lalu, masih ada beberapa saham yang masih menarik sehingga bargaining masih berpeluang terjadi pada saham-saham blue chips dalam sepekan ke depan. Banyak saham-saham bluechip yang mengalami penurunan tajam dan sekarang belum kembali ke posisi awalnya.
Apalagi, dengan fundamental ekonomi Indonesia secara keseluruhan yang sebenarnya tidak ada masalah. Masih banyak emiten murah yang dari sisi fundamental kuat, dan emiten-emiten yang punya aksi korporasi tersendiri. Tapi, dalam sepekan ke depan, meski menguat saya juga melihat potensi laju indeks yang fluktuatif.
Apa yang membuat indeks fluktuatif?
Sebab, ketergantungan IHSG terhadap pasar global dan regional juga masih menjadi patokan untuk perdagangan jangka pendek.
Bagaimana dengan window dressing yang memang sudah berakhir pekan lalu?
Setelah Jumat (28/6/2013), aksi window dressing berakhir. Karena itu, wajar indeks mendapat tekanan negatif sepekan ke depan. Tapi, secara umum, saya masih melihat potensi penguatan sepekan ke depan.
Apalagi, baru-baru ini ada tiga emiten pendatang baru seperti PT Saratoga Investama Sedaya (SRTG), PT Nusa Raya Cipta (NRCA), dan PT Semen Baturaja (SMBR).
Saham-saham tersebut menjadi animo baru bagi para investor yang ingin bermain pada saham-saham pendatang baru itu sehingga turut menggerakkan indeks. Kalau kita lihat pergerakan di tiga saham tersebut, hanya SRTG yang mengalami penurunan. Dua saham pendatang baru SMBR dan NRCA, walaupun kenaikannya tidak signifkan mengalami poin positif di perdagangan perdananya.
Dari tiga saham baru itu, mana yang Anda jagokan?
Rekomendasi saya jatuh untuk SMBR. SMBR untuk middle dan long term investment cukup menarik. Sebab, jika melihat valuasi Price to Earnings Ratio (PER) sektoralnya, PER SMBR relatif masih rendah dibandingka saham-saham sejenis. Karena itu, untuk jangka panjang, SMBR masih memungkinkan untuk menguat.
Tapi, memang perlu diakui ada juga pola-pola, buy on IPO and sell on secondary market, mungkin juga terjadi. Sebab, mungkin pasar takut saham yang dipegangnya turun ke bawah harga IPO seperti yang terjadi saat listing perdana saham PT Garuda Indonesia (GIAA) . Tapi, untuk SMBR saya masih memberikan rekomendasi beli.
Bagaimana saham-saham semen lainnya?
Pergerakan saham di sektor semen, rekomendasi akumulasi beli untuk PT Indocement Tunggal Prakarsa (INTP) dan PT Semen Indonesia (SMGR) ditambah SMBR. Ketiga saham ini layak masuk dalam kantong investasi untuk semester II-2013 ini. Untuk SMCB lebih bersifat spekulatif sehingga lebih baik tidak dikoleksi.
Saham-saham lainnya?
Saham seperti PT Astra International (ASII) cukup menarik. Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi tidak terlalu berpengaruh negatif pada saham ASII. Sebab, ASII punya katalis positif dari keluarnya aturan Low Cost and Green Car (LCGC) dan pertumbuhan penjualan mobil yang terus meningkat. Kenaikan BBM tidak terlalu berpengaruh negatif pada permintaan kendaraan.
Anda punya target harga untuk ASII?
Secara teknikal, ASII sudah mengalami kenaikan ke Rp7.000-an lagi dari terendahnya di Rp6.200-an. Tapi, potensi penguatan berikutnya masih potensial. ASII saat ini di posisi tengah sehingga saham ini cocok untuk trading jangka pendek (short term trading). Artinya, akumulasi saham ASII apabila mengalami penurunan ke level support di Rp6.700 dengan resistance Rp7.250. Rentang harga tersebut bisa dijadikan pola oleh para pelau pasar untuk perdagangan jangka pendek.
Saham PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI) juga menarik. Dua saham ini (BBRI dan ASII) kemungkinan akan jadi sentiment positif tersendiri bagi IHSG sepekan ke depan. BBRI sangat menarik dengan kapitalisasi pasar yang cukup besar setelah mengalami penurunan tajam. Dengan level harga Rp7.800-an sangat menarik akumulasi saham BBRI baik untuk jangka menengah maupun jangka panjang.
Bagaimana dengan potensi inflasi hingga akhir tahun akibat kenaikan harga BBM bersubsidi?
Dari sisi inflasi, saham-saham sektor perbankan, akan terpengaruh negatif. Sebab, jika inflasi melambung, BI rate pun berpeluang naik dari 6% menjadi 6,25% bahkan bisa menjadi 7% hingga akhir 2013. Jika inflasi hingga akhir tahun berada di level 7,2% dan BI rate di level 7%, berarti menabung uang di bank tidak ada gain-nya karena tergerus inflasi. Orang cenderung mencari return alternatif yang lebih besar. Untuk saat ini, alternatif itu ya di pasar modal terutama saham.
Karena itu, para penabung di bank dan para pemegang saham bank akan mencari saham-saham sektor lain yang PER-nya masih murah dari saham-saham besar dan berfundamental bagus. Inilah cara agar mereka terhindari dari ancaman inflasi itu sendiri.
Lantas sektor saham apa saja yang justru terpengaruh positif oleh kenaikan harga BBM bersubsidi?
Kenaikan harga BBM memang suatu hal yang paling ditunggu dan sekarang sudah naik. Semua emiten juga sekarang menghitung ulang untuk semua ongkos produksi. Emiten-emiten yang banyak mengunakan bahan bakar minyak sebagai komponen produksinya akan terdampak negatif.
Tapi, di sisi lain, sektor-sektor emiten yang menghasilkan bahan bakar, justru mendapat katalis positif seperti saham-saham di sektor minyak dan batu bara. Karena itu, dua sektor saham ini sebenarnya cukup layak untuk investor melakukan trading jangka pendek.
Selain saham sektor minyak dan batu bara?
Lalu, di sektor konstruksi dan pembangungan seperti PT Wijaya Karya (WIKA), PT Adhi Karya (ADHI), PT Waskita Karya (WSKT) dan PT Pembangunan Perumahan (PTPP) yang fluktuasinya luar biasa selama perdagangan pekan ini menjadi satu acuan investor untuk memilih sektor ini.
Saya melihat di WIKA yang masih memungkinkan untuk akumulasi beli dan bargaining position dibandingkan PTPP, ADHI, maupun WSKT.
Apa saran Anda untuk para pemodal secara umum di tengah situasi pasar saat ini?
Terakhir, faktor kehati-hatian dengan tetap melihat, memantau dan mewaspadai faktor eksternal dan internal bisa meminimalkan kerugian investor untuk jangka pendek. Faktor eksternal dan internal menjadi satu mata rantai untuk pergerakan masing-masing sektoral saham.
إرسال تعليق