Find Us OIn Facebook

Jakarta - Deklarasi pasangan Wiranto dan Hary Tanoesoedibjo sebagai calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) untuk diusung Partai Hanura pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014 nanti mengundang tanya bagi banyak orang.

Maklum, pasangan dari Partai Hanura ini, bukanlah tokoh yang popularitasnya sedang moncer sebagai kandidat presiden dan wapres. Meski keduanya mempunyai latar belakang yang tak bisa dipandang sebelah mata.Wiranto, mantan Panglima TNI periode 1998-1999, pastilah mempunyai jaringan politik yang mengakar.
Minimal, dukungan dari sebagian purnawirawan TNI beserta keluarga loyalisnya. Hal itu setidaknya terbukti dengan perolehan suara Partai Hanura pada Pemilu Legislatif 2009, sebanyak 3,9 juta (3.9%) suara dan berhasil meloloskan 18 calegnya ke DPR.

Keberhasilan Hanura melewati parliamentary threshold (PT), perolehan suara minimal 2,5% agar caleg bisa duduk di DPR banyak yang meyakini karena figur Wiranto sebagai ketua umum partai.Sementara Hary Tanoe (47), dikenal sebagai konglomerat dan raja media pemilik MNC Group.
Melalui MNC Group, HT panggilan akrabnya memiliki RCTI, MNC TV dan Global TV (televisi). Sementara untuk media cetak, ada koran dan majalah Sindo (Seputar Indonesia). Masih ada online news Okezone.com dan Sindonews.com.
Tak hanya itu, masih ada pula jaringan SindoTV (15 stasiun TV lokal) dan Top TV (7 TV lokal). Pada 2011, majalah Forbes, memasukkan nama HT sebagai orang terkaya ke-22 di Indonesia, dengan total kekayaan US$ 1,19 miliar atau sekitar Rp 11,8 triliun.Pertanyaannya kemudian, cukupkah modal keduanya tadi menjadi bekal untuk bertarung dalam Pilpres 2014? Politik memang bisa berubah dalam semalam.
Namun, tetap ada kalkulasi yang bisa diotak-atik untuk menakar kemungkinannya.Wiranto sebagai capres, banyak yang menganggap kurang diperhitungkan. Maklum, dia telah dua kali gagal dalam Pilpres 2004 dan 2009. Pada Pemilu 2004, sebagai capres yang berpasangan dengan Salahuddin Wahid (adik almarhum mantan presiden KH Abdurrahman Wahid), pasangan yang didukung Partai Golkar ini hanya meraih 22,15% suara.
Kalah dibanding SBY-JK (33,57%) dan Mega-Hasyim Muzadi (26,61%).Kemudian pada Pilpres 2009, Wiranto yang bersedia menjadi cawapres mendampingi Jusuf Kalla sebagai capres, berada di posisi buncit dengan 12,41% suara. Perolehan suara pasangan yang didukung Partai Golkar dan Hanura ini jauh di bawah SBY-Boediono (60,80%) dan Mega-Prabowo (26,79).Sedangkan HT, banyak yang menilai, masih anak bawang di politik.
Dia dipercaya, begitu yakin dan mengandalkan kekuatan jaringan media yang dimilikinya. Plus, kekuatan finansial. Meski kini menjabat Ketua Dewan Pertimbangan DPP Hanura dan Ketua Umum Perindo (Persatuan Indonesia), agaknya belum cukup bisa diandalkan. Bahkan banyak yang percaya, HT justru lebih berpeluang jika berpasangan dengan Surya Paloh, yang notabene politisi senior Partai Golkar. Alasannya, Partai Nasdem besutan Surya Paloh, sejatinya mengandalkan mesin politik para kader Partai Golkar yang membelot bersama bos Metro TV tersebut. Wajar jika Nasdem pun memiliki pengurus di seluruh wilayah nusantara.Jadi akankah duet Wiranto-HT bakal mampu bertarung di Pilpres mendatang? Sekali lagi, segala kemungkinan masih bisa terjadi. Sebab, politik bisa berubah hanya dalam semalam. [mes]

By: inilah.com

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama