Analis senior Monex Investindo Futures Albertus Christian mengatakan, pascakonsolidasi, harapan rebound rupiah tidak terjadi. Ini menunjukkan, pasar mengantisipasi masih ada potensi penguatan dolar AS jelang rilis data non-farm payrolls dan tingkat pengangguran AS Jumat pekan ini.
Menurut dia, data tersebut akan memperkuat argumen The Fed untuk tetap menarik stimulusnya. "Karena itu, rupiah cenderung melemah terbatas dalam kisaran 9.925 hingga 9.960 per dolar AS,” katanya kepada INILAH.COM.
Lebih jauh Christian menjelaskan, pasar tidak lagi melihat data non-farm payroll AS tapi lebih fokus pada tingkat penganggurannya yang sudah diprediksi kembali menurun ke 7,5% dari publikasi sebelumnya 7,6%. "Meskipun non-farm payroll AS sudah diprediksi turun ke 162 ribu dari angka sebelumnya 175 ribu," ujarnya.
Apalagi, kata dia, penjelasan The Fed sendiri, bank sentral akan menggunakan acuan angka pengangguran untuk menarik stimulus moneternya ataupun tidak. "Fed manaikkan angka tingkat pengangguran sebagai syarat penarikan stimulsu menjadi 7% dari target sebelumnya 6,5%," papar dia.
Menurut Christian, The Fed menjadi lebih toleran terhadap angka pengangguran yang lebih tinggi untuk mengurangi stimulus sehingga turut menjaga penguatan dolar AS. "Tapi, target inflasi masih dipertahankan di level 2-2,5% sebagai patokan penarikan stimulus. Inflasi AS saat ini masih 1,4%," tuturnya.
Atas dasar itu, Christian memperkirakan, rupiah kemungkinan berada dalam tekanan negatif hingga Jumat. "Tapi, pelemahan kemungkinan akan tertahan. Sebab, kemarin situasi krisis likuiditas di China juga semakin mereda setelah People's Bank of China menyuntik dana tambahan pada sistem perbankannya senilai 36 miliar yuan atau sekitar US$5,9 miliar melalui berbagai repo sekuritas," ucap dia.
Aksi PBoC itu, lanjut dia, kemudian memicu penurunan suku bunga antar bank di China yang sebelumnya sempat liar ke level 14%, pada 20 Juni 2013. "Kemarin, suku bunga overnaight turun ke 3,79%, sedangkan untuk tenor 14 hari turun hampir 100 basis poin ke 5,09%," papar dia.
Sementara itu, kata dia, untuk tenor tujuh hari turun ke 4,76% terendah sejak 20 Juni itu. "Ini yang membatasi pelemahan rupiah seiring optimisme berakhirnya krisis likuiditas di China. Ketakutan tinggal masalah penarikan stimulus The Fed," imbuhnya.
Asal tahu saja, kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot valas antar bank Jakarta, Selasa (2/7/2013) ditutup melemah 12 poin (0,120%) ke posisi 9.932/9.939.
BY: inilah.com
Posting Komentar