Jakarta - Pada perdagangan Jumat (3/5/2013) investor dapat mencermati saham yang masih layak koleksi seperti BSDE dan BJBR.
Saham PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) terkoreksi wajar setelah berhasil break resisten di 1760. Demikian mengutip hasil riset pengamat pasar modal, Jeremiah Rio Rizaldi, Kamis (2/5/2013).
Jika selama koreksi mampu bertahan di atas 1630, BSDE berpeluang kembali rebound dengan target kenaikan menuju 1930 dan minor target 1870. MACD yang telah golden cross menunjukkan saham ini bergerak dalam area positif. Saham BSDE disarankan beli dengan stoploss di 1650.
Untuk saham PT PBD Jabar dan Banten Tbk (BJBR) melemah lagi dan gagal bertahan di atas support 1200. Jika BJBR tidak mampu kembali ke atas 1200, saham ini berpeluang melanjutkan penurunan menuju targetnya di 1140 dengan minor target 1170. MACD yang menurun menunjukkan saham ini bergerak negatif. Saham BJBR disarankan jual dan beli hanya jika mampu kembali ke atas 1240.
Sementara menurut analis saham Stefanuh Mulyadi Handoko, penurunan rating dari S&P tidak akan terlalu berdampak terhadap indeks. "Ada kemungkinan turun dahulu untuk menutup gap bawah IHSG di level 4.945," katanya secara terpisah.
Sentimen penurunan rating hanya berdampak sementara karena pemerintah masih menunda kenaikan harga BBM subsidi yang membebani anggaran. "Kenaikan BBM itu kan hanya ditunda saja, menunggu kompensasi (BLT). BBM pasti naik, kemungkinannya bulan depan BBM sudah mulai naik," jelasnya.
Kamis (2/5/2013) kemarin, lembaga pemeringkat internasional Standard and Poor’s (S&P), yang melakukan afirmasi Sovereign Credit Rating Republik Indonesia pada level 'BB+' long-term dan 'B' short-term serta merevisi outlook Republik Indonesia menjadi stabil dari positif.
Dalam siaran persnya, S&P menyatakan posisi rating tersebut didukung oleh pertumbuhan ekonomi yang kuat dalam dekade terakhir, pengelolaan fiskal yang berhati-hati dan beban utang pemerintah yang rendah.
Namun demikian, Agost Bernard, analis utama S&P untuk Indonesia menyatakan bahwa terdapat pelemahan implementasi kebijakan yang mengurangi dukungan terhadap prospek pertumbuhan ekonomi dan kondisi perekonomian secara umum. Di samping itu, kondisi eksternal perekonomian juga mengalami kerentanan yang ditunjukkan oleh defisit transaksi berjalan serta peningkatan utang luar negeri sektor swasta.
Saham PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) terkoreksi wajar setelah berhasil break resisten di 1760. Demikian mengutip hasil riset pengamat pasar modal, Jeremiah Rio Rizaldi, Kamis (2/5/2013).
Jika selama koreksi mampu bertahan di atas 1630, BSDE berpeluang kembali rebound dengan target kenaikan menuju 1930 dan minor target 1870. MACD yang telah golden cross menunjukkan saham ini bergerak dalam area positif. Saham BSDE disarankan beli dengan stoploss di 1650.
Untuk saham PT PBD Jabar dan Banten Tbk (BJBR) melemah lagi dan gagal bertahan di atas support 1200. Jika BJBR tidak mampu kembali ke atas 1200, saham ini berpeluang melanjutkan penurunan menuju targetnya di 1140 dengan minor target 1170. MACD yang menurun menunjukkan saham ini bergerak negatif. Saham BJBR disarankan jual dan beli hanya jika mampu kembali ke atas 1240.
Sementara menurut analis saham Stefanuh Mulyadi Handoko, penurunan rating dari S&P tidak akan terlalu berdampak terhadap indeks. "Ada kemungkinan turun dahulu untuk menutup gap bawah IHSG di level 4.945," katanya secara terpisah.
Sentimen penurunan rating hanya berdampak sementara karena pemerintah masih menunda kenaikan harga BBM subsidi yang membebani anggaran. "Kenaikan BBM itu kan hanya ditunda saja, menunggu kompensasi (BLT). BBM pasti naik, kemungkinannya bulan depan BBM sudah mulai naik," jelasnya.
Kamis (2/5/2013) kemarin, lembaga pemeringkat internasional Standard and Poor’s (S&P), yang melakukan afirmasi Sovereign Credit Rating Republik Indonesia pada level 'BB+' long-term dan 'B' short-term serta merevisi outlook Republik Indonesia menjadi stabil dari positif.
Dalam siaran persnya, S&P menyatakan posisi rating tersebut didukung oleh pertumbuhan ekonomi yang kuat dalam dekade terakhir, pengelolaan fiskal yang berhati-hati dan beban utang pemerintah yang rendah.
Namun demikian, Agost Bernard, analis utama S&P untuk Indonesia menyatakan bahwa terdapat pelemahan implementasi kebijakan yang mengurangi dukungan terhadap prospek pertumbuhan ekonomi dan kondisi perekonomian secara umum. Di samping itu, kondisi eksternal perekonomian juga mengalami kerentanan yang ditunjukkan oleh defisit transaksi berjalan serta peningkatan utang luar negeri sektor swasta.
إرسال تعليق