Penguatan
IHSG ke atas 5.000 dinilai kurang mendapat dukungan fundamental.
Kenaikan indeks lebih ditopang banjirnya likuiditas. Karena itu, harga
normal IHSG seharusnya di 4.800.
Thendra Crisnanda,
analis BNI Securities mengatakan hal itu. Menurut dia, secara
fundamental, Price to Earnings Ratio (PER) IHSG yang normal berada di
level 17-18 kali. Sekarang, PER IHSG sudah bertenger di level 18,82 kali
dengan memfaktorkan kinerja keuangan emiten untuk kuartal I-2013.
Selain
itu, Thendra melihat posisi IHSG saat ini dibandingkan Price to
Earnings Growth (PEG) untuk menilai mahal tidaknya suatu indeks. PEG
yang normal di level 1 kali sedangkan IHSG di level 1,19 kali. “Jadi,
normalnya IHSG berada di level 4.800 secara fundamental,” katanya kepada
INILAH.COM.
Pada perdagangan Kamis (2/5/2013) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG )
ditutup melemah 66,87 poin (1,32%) ke posisi 4.994,046. Intraday
terendah 4.992,152 dan tertinggi 5.062,65. Volume perdagangan dan nilai
total transaksi naik. Investor asing mencatatkan net buy dengan kenaikan
nilai transaksi beli dan transaksi jual. Investor domestik mencatatkan
net sell. Berikut ini wawancara lengkapnya:
IHSG melemah ke bawah 5.000. Bagaimana Anda melihat arah berikutnya?
IHSG
kemarin telah menembus support 5.027. Sementara itu, resistance indeks
tetap berada di level 5.078. Saya perkirakan, Jumat (3/4/2013) ini IHSG
masih cenderung tertekan negatif. Tapi, pelemahan IHSG akhir pekan ini
berpeluang terbatas.
Faktor apa saja yang mendorong pelemahan indeks?
Pelemahan
salah satunya dipicu oleh indeks sendiri yang sudah overbought (jenuh
beli). Selain itu, saham-saham berkapitalisasi besar seperti ASII,
banyak yang mencatatkan pertumbuhan di bawah ekspektasi. Karena itu,
sentimen menjadi negatif di pasar.
Belum lagi, dengan ancaman
penaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi yang akan memicu
inflasi dan kenaikan suku bunga. Pada akhirnya, akan berpengaruh negatif
pada saham-saham perbankan. Dalam jangka pendek, penaikan harga BBM
bersubsidi akan menjadi sentimen negatif ke pasar. Meskipun, untuk
jangka panjang akan memberikan ekspektasi positif.
Jadi, setelah IHSG bertenger di atas 5.000, apa skenario Anda?
Arah
indeks berikutnya menjadi lebih moderat. Sebab, kenaikan IHSG tidak
sepenuhnya didukung oleh fundamental ekonomi Indonesia yang sangat baik.
Kalau bukan faktor fundamental, apa yang mendorong penguatan indeks ke atas 5.000?
Penguatan
itu lebih didorong oleh tingkat likuiditas atau dana yang beredar di
pasar yang sangat besar. Karena, di negara asalnya seperti Eropa dan AS,
dana tersebut tidak terserap secara baik di sektor riil. Akibatnya,
dana tersebut terbang sehingga terjadi capital outflow dan menjadi
capital inflow bagi pasar Indonesia. Karena itu, saat indeks dalam
ketinggian seperti saat ini patut diwaspadai.
Lantas, di level berapa target IHSG pada akhir tahun?
Target
IHSG di akhir tahun adalah 4.900. Kita melihat kecenderungan arah IHSG
adalah turun. Atas dasar itu, sebaiknya setiap kenaikan yang ada,
direspons oleh pelaku pasar untuk lebih rasional. Kita tetap melakukan
transaksi. Sebab, ada saja saham-saham yang potensial naik terutama
saham-saham di sektor properti. Hanya saja, pelaku pasar harus tetap
selektif. Strateginya bukan investasi jangka panjang melainakan trading
jangka pendek.
Di level berapa IHSG yang mencerminkan kondisi fundamentalnya?
Secara
fundamental, Price to Earnings Ratio (PER) IHSG yang normal adalah di
level 17-18 kali. Sekarang, PER IHSG sudah di level 18,82 kali dengan
memfaktorkan kinerja keuangan emiten untuk kuartal I-2013. Jadi,
normalnya IHSG berada di level 4.800 secara fundamental.
Selain
itu, saya melihat posisi IHSG saat ini dibandingkan Price to Earnings
Growth (PEG) untuk menilai mahal tidaknya suatu indeks. PEG yang normal
di level 1 kali sedangkan IHSG di level 1,19 kali.
Rekomendasi saham pilihan Anda?
Saya
rekomendasikan enam saham pilihan dengan banyak terfokus pada
saham-saham di sektor properti. Saham-saham tersebut adalah PT Bukit
Sentul (BKSL) dengan target Rp500; PT Bumi Serpong Damai (BSDE) dengan target Rp2.800; PT Kawasan Industri Jababeka (KIJA) dengan target Rp400; dan PT Surya Semesta Internusa (SSIA) dengan target Rp2.220.
Selain saham-saham sektor properti?
Di sektor consumer goods, saya rekomendasikan saham PT Tiga Pilar Sejahtera Food (AISA) dengan target Rp1.500 dan di sektor perbankan, saya rekomendasikan saham PT Bank Bukopin (BBKP) dengan target harga Rp1.200.
Bagaimana strategi trading pada saham-saham tersebut?
Saya
rekomendasikan trading buy. Pola trading yang bisa diterapkan adalah
pola buy higher dan sell higher. Harga sudah tinggi, kita beli dengan
ekspektasi mengalami kenaikan yang lebih tinggi untuk jual. Tidak mesti
nunggu di bawah. Untuk beberapa saham properti saya masih optimistis
untuk menggunakan strategi hold untuk jangka panjang. Untuk properti,
begitu tembus higher bisa beli.
Posting Komentar